Rabu, 24 Januari 2024

Musibah Marapi, 03 Desember 2023

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ


Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.

(Al-Ḥadīd [57]:22)


Minggu, 03 Desember 2023, terdaftar 75 orang yang terdiri dari beberapa kelompok, melakukan pendakian di gunung Marapi Sumatra Barat. Gunung api aktif yang berketinggian 2891 mdpl ini memiliki beberapa pintu masuk pendakian, diantaranya dari nagari Koto Baru, nagari Aia Angek, nagari Pariangan, ketiganya dalam wilayah kabupaten Tanah Datar dan dari nagari Batu Palano, kabupaten Agam. 21 orang terdaftar, naik dari Koto Baru dan 54 orang terdaftar, naik dari Batu Palano. Tidak ada laporan pendaki yang naik dari jalur yang lain.


Pukul 14:53 WIB terjadi erupsi secara mendadak (tidak ada tanda-tanda sebelumnya). Kawah gunung tiba-tiba menyemburkan Material Vulkanik yang terdiri dari batu-batu dan awan panas disertai abu. 54 orang yang naik dari Batu Palano, baru 2 orang yang sudah turun dan sampai di bawah. Yaitu 2 orang dari rombongan M Iqbal asal Riau, yg saat kejadian, sudah sampai di kawasan perkebunan warga. Yang lain, ada yang masih dalam perjalanan turun. Salah satunya adalah kelompok yg beranggotakan 10 orang Mahasiswa dari Mapala Batara Fakultas Hukum Universitas Riau (Rombongan Benget Hasiholan). Mereka mulai turun sekitar pukul 14:00 WIB (kurang 1 jam sebelum erupsi) dan saat di perjalanan, mereka terpisah-pisah dalam beberapa kelompok. Di perjalanan, mereka berpapasan dengan 1 kelompok pendaki yang dalam perjalanan naik, yaitu rombongan M Afif yg beranggota 3 orang, juga dari Riau. Saat rombongan Benget Hasiholan hampir 1 jam di perjalanan turun, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Kemudian mereka melihat batu-batu berjatuhan dari atas, sebagian batu-batu itu menimpa pepohonan disekitar mereka yang menyebabkan dahan-dahannya patah. Seketika, suasana berubah mencekam dan menimbulkan kepanikan, mereka segera mempercepat langkah, berlari dan sesekali berlindung di balik pohon besar untuk menghindari batu yang berjatuhan. Ada yg sempat terkena batu dan ada yang keseleo, beruntung tidak mengalami cedera serius. Setelah hujan batu reda dan perjalanan sampai di Paninjauan (sekitar 1.5 km dari puncak), anggota kelompok mereka yg awalnya terpisah-pisah dalam perjalanan, berhasil menyusul. Mereka disusul pula oleh 4 org dari kelompok pendaki lain, yaitu anggota rombongan M Iqbal yg turun belakangan. Rombongan ini juga sempat terkena batu erupsi, beruntung tidak mengalami cedera serius. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan turun. Di sisi lain, rombongan M Afif yang tengah mendaki, sudah hampir mencapai Pintu Angin, sekitar setengah Kilometer sebelum Cadas. Kawasan Cadas Marapi merupakan kawasan tandus berbatu antara puncak dengan kawasan berhutan dibawahnya. Perjalanan mereka kemudian terhenti karena mendengar suara gemuruh disertai getaran. Tak lama, mereka melihat batu-batu berjatuhan dari atas, ukurannya beragam dari yang kecil hingga berukuran besar. Seketika mereka berbalik arah dan berlari menyelamatkan diri. Kemudian mereka menemukan suatu lorong yang terlindung oleh pohon-pohon tumbang dan berlindung di sana dari hujan batu. Beruntung tidak ada yg cedera, setelah hujan batu reda, mereka membatalkan niat mendaki dan memilih turun.


Hingga Minggu malam setelah erupsi sore itu, seluruh pendaki yang naik dari Koto Baru yang berjumlah 21 orang, berhasil turun dan sampai di bawah dengan selamat. Setelah itu, pos pendakian Koto Baru segera tutup. 54 pendaki yang naik dari Batu Palano, baru 3 kelompok yang berhasil turun dan sampai dibawah dengan selamat. Yaitu Rombongan M Iqbal yang beranggota 6 orang, rombongan Benget Hasiholan yang beranggota 10 orang dan rombongan M Afif yang beranggota 3 orang. Jadi, ada 19 orang dalam 3 kelompok tersebut. Yang sempat terkena batu erupsi, beruntung hanya mengalami cedera ringan dan Naomi Simanjuntak (rombongan Benget Hasiholan) yang keseleo, dibawa ke Rumah Sakit. Sebelum erupsi Minggu sore, paginya M Iqbal sempat mengabadikan situasi di puncak dan sekitar kawah dalam bentuk video. Jadi, hingga malam setelah erupsi sore itu, dari 75 pendaki, 21 pendaki yang naik dari Koto Baru sudah sampai di bawah dengan selamat. 54 pendaki yang naik dari Batu Palano, hanya 19 orang yang sampai di bawah dengan selamat, sedangkan 35 orang lagi masih belum turun. 


35 pendaki yang masih belum sampai di bawah pasca erupsi terjadi yaitu, rombongan Irvanda (Mahasiswa Politeknik Negeri Padang/PNP) yang beranggotakan 8 orang (semuanya Mahasiswa PNP). Kemudian rombongan Bima (Mahasiswa PNP) yang beranggotakan 10 orang (6 Mahasiswa/i PNP, 1 Ibu dari Mahasiswa PNP, 1 Mahasiswi Universitas Negeri Padang/UNP, 1 Mahasiswi Universitas Bung Hatta/UBH dan 1 sudah bekerja). Rombongan Irvanda dan rombongan Bima merupakan satu rombongan dari Padang, namun mereka mendaftar dalam dua kelompok. Lalu rombongan Tita yg beranggotakan 5 orang dari Kabupaten Padang Pariaman. Selanjutnya rombongan Aditya Sukirno (Mahasiswa Universitas Islam Riau/UIR) yang beranggotakan 7 orang asal Riau (4 Mahasiswa UIR, 1 Mahasiswa Universitas Riau/UNRI dan 2 sudah bekerja). Kemudian rombongan Rexy (Polisi) dari Padang yang beranggotakan 5 orang (2 Polisi, 2 eks-Mahasiswa/i UNP yang akan wisuda dan 1 Mahasiswi UNP). Rombongan Irvanda - Bima, rombongan Tita dan rombongan Aditya Sukirno sudah dalam perjalanan turun dan sedang menuruni Cadas saat erupsi terjadi, sedangkan rombongan Rexy sedang berada di puncak dan dalam perjalanan menuju Puncak Merpati. Jadi, 35 orang yang belum turun hingga malam setelah erupsi sore itu berasal dari 5 kelompok ini. 


Berdasarkan cerita Irvanda, sesaat setelah erupsi, hanya ia dan Bima yang berada di lokasi yg berdekatan (di Cadas) setelah terpisah dari teman-temannya. Ia dan Bima berusaha untuk melanjutkan perjalanan turun saat itu juga. Teman-temannya yang lain sudah tak terlihat lagi keberadaannya ditambah situasi yang hening tak ada suara. Dalam perjalanan turun, M Fadli datang menyusul Irvanda dan Bima. Tak berapa lama, disusul pula oleh Rofid. Mereka berempat adalah Mahasiswa PNP yang berasal dari 2 kelompok yang beranggotakan 18 orang. Setelah itu, Aditya Sukirno pun menyusul mereka. Aditya Sukirno adalah salah satu yang selamat dari kelompoknya yang beranggotakan 7 orang. Sebelumnya, ia turun dengan dua temannya yang selamat sesaat setelah erupsi, yaitu M Ridho (bekerja) dan M Arbi (Mahasiswa UNRI). Dalam perjalanan turun, Aditya Sukirno diminta M Ridho untuk turun lebih dulu mencari bantuan, karena hanya ia yg masih sanggup berjalan, hingga kemudian bertemu dengan rombongan Irvanda. M Ridho dan M Arbi memilih untuk menunggu di pondok yg ditemui di sekitar Cadas, karena tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan. Setelah disusul oleh Aditya Sukirno, datang pula Widya dan Tita, lalu bergabung dalam rombongan Irvanda. Hanya Widya dan Tita yang sanggup melanjutkan perjalanan turun dari kelompoknya yg beranggotakan 5 orang, sesaat setelah erupsi. Setelah itu, datang pula Rexy dan bergabung dalam rombongan mereka. Rexy naik bersama kelompoknya yang beranggotakan 5 orang, dan hanya ia satu-satunya yang masih sanggup melanjutkan perjalanan turun, sesaat setelah erupsi. Bima, M Fadli, Rofid, Aditya Sukirno, Widya, Tita dan Rexy mengalami luka bakar dan cedera di beberapa anggota tubuh. Irvanda satu-satunya yang tidak mengalami luka atau cedera yg serius, sehingga ia yang aktif membantu, menuntun dan menyemangati 7 orang yang luka-luka ini untuk tetap terus melanjutkan perjalanan. Irvanda menuntun mereka sampai di titik penjemputan oleh tim penyelamat. Sebelumnya mereka sudah berkomunikasi dengan tim penyelamat dan menentukan titik penjemputan. Tim penyelamat berhasil menemukan dan mengevakuasi Irvanda dan 7 orang yang selamat bersamanya hingga sampai di bawah beberapa jam menjelang Subuh. Kecuali Irvanda, mereka segera dibawa ke Rumah Sakit. Jadi, dari 35 orang yang berada di puncak dan cadas saat terjadi erupsi, hanya 8 orang selamat yang sanggup melakukan perjalanan turun dan dievakuasi tim penyelamat, sedangkan sisanya terjebak di lokasi. 


Operasi pencarian dan penyelamatan (search and rescue/SAR) dilakukan oleh tim gabungan yang dikomandoi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dibantu berbagai instansi lainnya dan relawan. Pasca erupsi Minggu sore, malamnya warga setempat (anak nagari Batu Palano) juga sudah bergerak sebagai relawan, mendaki gunung mencari korban yang kemungkinan masih bisa diselamatkan. Apalagi dengan beredarnya dua video pendaki perempuan (video Ife dan video Cici) yang meminta tolong pasca terjadinya erupsi. Warga yang sedang dalam perjalanan naik malam itu berpapasan dengan tim penyelamat yang sedang mengevakuasi beberapa pendaki yang selamat (pendaki yang selamat bersama Irvanda). Mereka juga diberi tahu tim penyelamat bahwa masih banyak korban yang terjebak di atas. Dengan gerak cepat, masyarakat setempat sampai di Cadas malam itu juga, yaitu Pak Naro Kancie, Emon Endah, Dori, Dino, Andika dan lain-lain. Di sana, mereka mendengar suara laki-laki minta tolong dari dalam kemah, lalu mereka menemukan 1 korban selamat dengan sekujur tubuh penuh luka bakar, yaitu Ahmad Firman (Mahasiswa PNP, rombongan Irvanda). Setelah memberikan pertolongan pertama terhadap korban, terdengar lagi suara laki-laki minta tolong dari arah pondok, yang merupakan bekas warung milik Pak Naro Kancie. Lalu ditemukan 2 korban selamat lagi, keduanya dalam kondisi yang juga penuh luka bakar dan cedera di beberapa bagian tubuh, yaitu M Ridho (bekerja, rombongan Aditya Sukirno) dan M Arbi (Mahasiswa UNRI, rombongan Aditya Sukirno). Setelah memberikan pertolongan pertama terhadap keduanya dan sudah ada yang menunggui korban, rombongan penyelamat kemudian meneruskan pencarian. Kemudian terdengar suara minta tolong lagi, kali ini suara perempuan dari arah pinggiran tebing Cadas yang curam. Saat dicari, tak ditemukan orangnya, namun ada suaranya dan ia mengatakan melihat cahaya Senter dari rombongan Pak Naro Kancie. Setelah disuruh untuk menggerakkan anggota badannya, korban lalu menggerakkan kakinya. Akhirnya pendaki perempuan itu ditemukan, dan ternyata adalah Zhafirah (Mahasiswi PNP, rombongan Bima) yang video minta tolongnya viral. Zhafirah/Ife ditemukan terjebak di area terbuka dan berada di tepi tebing Cadas yang curam. Ia sempat ditanya, bagaimana ia bisa berada di situ, sedangkan di atas adalah tebing Cadas yang curam sedangkan arah ke bawahnya adalah jurang. Ife menjawab jika ia sampai disana dengan cara merosot dari atas. Setelah diberikan pertolongan pertama, Ife kemudian dievakuasi malam itu juga. Ife digendong di punggung oleh rombongan Pak Naro Kancie secara bergantian hingga bertemu tim penyelamat lainnya. Kemudian evakuasi Ife dilanjutkan oleh tim penyelamat lain (anggota TNI dan warga setempat) dengan cara yang sama. Ife digendong di punggung oleh seorang anggota TNI yang bernama Muhammad Arifin hingga sampai di bawah menjelang Subuh. Malam itu Ahmad Firman, M Ridho dan M Arbi belum bisa dievakuasi disebabkan kondisinya yang tidak memungkinkan untuk digendong seperti evakuasi Ife. 


Esoknya, Senin, 4 Desember, tim gabungan menemukan 11 pendaki di sekitar Cadas dalam kondisi meninggal dunia. Tim gabungan berhasil mengevakuasi 3 diantaranya. Kemudian, ada rombongan warga setempat yang awalnya membantu menyalurkan makanan untuk tim gabungan, berinisiatif untuk ikut membantu evakuasi. Yaitu rombongan Mak Jo (Edi Sutan Marajo) dan belasan warga lainnya termasuk di dalamnya anggota PMI. Mereka mulai naik sekitar pukul 13:00 WIB dan sampai di Cadas, sorenya, sekitar pukul 16:15 WIB. Rombongan Mak Jo bisa memangkas waktu perjalanan menjadi lebih singkat karena melewati jalur yang hanya diketahui oleh warga setempat dengan komunitas Trail Adventurenya. Di Cadas, mereka menemukan beberapa jasad pendaki. Awalnya mereka berencana memasukkan satu per satu jasad ke dalam kantong jenazah, lalu dikumpulkan di satu titik, untuk memudahkan evakuasi. Karena di lokasi hanya ada 2 kantong jenazah, lalu mereka turun dengan membawa 2 jenazah. Saat itu, gunung masih terus erupsi. Sebelum turun, mereka sempat memberi tanda pada titik-titik lokasi jasad yang belum dievakuasi. Ini untuk memudahkan tim gabungan yang akan mengevakuasi jasad korban selanjutnya. Hingga Senin malam, tim gabungan berhasil mengevakuasi 5 jasad pendaki dari 11 jasad yang ditemukan hari itu. Tim gabungan juga mengevakuasi 3 korban selamat yang sempat terjebak di sekitar Cadas dengan cara ditandu, yaitu Ahmad Firman, sampai di bawah sore dan M Ridho dengan M Arbi, sampai di bawah malamnya. Ketiganya langsung dibawa ke Rumah Sakit. Hingga Senin malam, dari 75 pendaki yang terdaftar, 57 orang sudah turun atau dievakuasi. Rinciannya, 52 selamat (40 pulang ke Rumah, 12 dibawa ke Rumah Sakit) dan 5 meninggal dunia. 6 jasad yang ditemukan lainnya masih belum dievakuasi dan akan dievakuasi besoknya. Sedangkan 12 pendaki lain masih belum diketahui nasibnya. Menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) pos pengamatan gunung Marapi Bukittinggi, Senin itu tercatat 10 kali erupsi. Hari itu tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Sumbar berhasil mengidentifikasi 5 jenazah, yaitu M Adan (Mahasiswa UIR, rombongan Aditya Sukirno). Awalnya M Adan masih hidup dan sempat mengabarkan kondisinya pada orang tuanya melalui Ponsel, sesaat setelah erupsi. Melalui Ponsel M Adan juga, Ife mengirimkan video kondisinya pasca erupsi kepada keluarganya. Jadi, sesaat setelah erupsi, Ife dan M Adan berada di lokasi yang berdekatan setelah terpisah dari teman-temannya. Di video terlihat Ife dengan tubuh penuh abu dan kondisi yang lemah minta tolong pada keluarganya. Videonya viral di media sosial. Karena kondisi M Adan yang lebih parah dan tidak memungkinkan untuk beranjak dari posisinya, akhirnya mereka terpisah. Ife tetap berusaha untuk turun walaupun dengan merosot ke bawah, namun akhirnya terjebak juga hingga malamnya ditemukan tim penyelamat dan dievakuasi. Sedangkan M Adan ditemukan tim penyelamat esoknya dalam kondisi meninggal. Lalu M Teguh (Mahasiswa PNP, rombongan Irvanda), Nazatra (Mahasiswa UIR, rombongan Aditya Sukirno), M Alpikri (Mahasiswa PNP, rombongan Irvanda) dan Nurva (bekerja, alumni UNP, rombongan Tita). Tim gabungan mengevakuasi jasad korban secara estafet, yaitu tim di atas disambut oleh tim di bawah hingga ke Ambulance. Seterusnya, jasad korban dibawa ke RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi untuk diidentifikasi tim DVI. 


Esoknya, Selasa, 5 Desember, sekitar 200 orang dari tim gabungan melanjutkan operasi SAR untuk mengevakuasi 6 jasad pendaki yang ditemukan di Cadas kemarin dan pencarian terhadap 12 pendaki lain yang belum diketahui nasibnya. Dari 200 orang tim gabungan, terdapat puluhan Laki-laki dari warga setempat yang ikut membantu evakuasi, sedangkan kaum Ibu menyiapkan bekal untuk mereka. Disamping itu, Polda Sumbar juga telah membuka Dapur Umum di lokasi evakuasi untuk menyuplai kebutuhan makanan tim gabungan. Karena gunung yang terus erupsi, tim gabungan masih tertahan di sekitar Cadas, belum bisa melanjutkan pencarian ke puncak karena pertimbangan keselamatan. Di lain pihak, ada beberapa orang warga setempat yaitu Andika, Tommy, Basa dan Rizal mencoba naik ke puncak secara diam-diam. Sampai di puncak, mereka mencari korban dalam situasi jarak pandang yang singkat dan gunung yang masih erupsi (kawah terus mengeluarkan asap/awan panas dan abu). Mereka terus menyisiri kawasan puncak, dari Tugu Abel, Lapangan Bola (kawasan datar di puncak yang mirip lapangan bola) hingga Puncak Merpati. Sesekali mereka berlindung di balik batu besar saat erupsi, setelah situasi dirasa memungkinkan, mereka kemudian melanjutkan pencarian lagi. Saat pencarian di Puncak Merpati, Tommy menemukan 1 jasad pendaki perempuan. Karena tidak membawa perlengkapan evakuasi, Tommy bersedia untuk membawa jasad pendaki tersebut dengan cara digendong di punggung. Lalu jasad korban diangkat oleh Andika dan diletakkan di punggung Tommy untuk dievakuasi. Setelah jasad korban berada di punggung Tommy, Rizal yang berada di lokasi lain berteriak karena menemukan jasad pendaki lain (laki-laki). Tommy kemudian membawa jasad yang sudah berada di punggungnya menuju Tugu Abel Tasman sendirian, sedangkan Andika dan Basa segera menuju lokasi Rizal berada. Saat itu, Vino dan Ganda (masih teman-teman Andika) telah sampai pula di puncak dan menyusul ke lokasi Rizal. Andika lalu membentangkan sarungnya, kemudian meletakkan jasad yang ditemukan tersebut di atasnya. Andika, Rizal, Vino dan Ganda memegang masing-masing ujung sarung. Karena sarung yang kecil, tak seluruh tubuh korban bisa tertampung sehingga bagian kaki korban tetap menjuntai saat tubuh korban diangkat. Lalu bagian kaki korban dipegang oleh Basa dan mereka berlima segera membawa jasad itu menuju Tugu Abel Tasman, menyusul Tommy yang sudah lebih dulu sampai. Puncak Merpati adalah salah satu titik tertinggi gunung Marapi yang lokasinya tak terlalu jauh dari pinggir kawah, sedangkan Tugu Abel Tasman berada di pinggir puncak yg biasa dijadikan sebagai titik penanda antara puncak menuju turunan Cadas. Jarak dari Tugu Abel Tasman ke Puncak Merpati kurang dari 1 km dan jarak dari Puncak Merpati ke Taman Edelweiss sama, kurang dari 1 km. Taman Edelweiss tidak tersentuh dalam area pencarian oleh tim gabungan karena akses kesana tepat melewati pinggiran kawah yang erupsi. Andika, Tommy dan rekan-rekannya tidak membawa perlengkapan evakuasi dikarenakan mereka naik ke puncak secara diam-diam. Mereka sebelumnya sudah dilarang oleh tim gabungan agar tidak mendekati puncak disebabkan situasi di puncak yang sangat berbahaya. Akhirnya, dua jasad yg mereka temukan, dievakuasi oleh tim gabungan dari Cadas ke bawah serta jasad-jasad pendaki lainnya yang ditemukan hari itu. Hingga Selasa malam, dari 12 pendaki yang hilang, 11 pendaki berhasil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Jasadnya ditemukan di sekitar Cadas dan di puncak. Sedangkan 1 pendaki lagi masih belum ditemukan. Pencarian pun dilanjutkan besok paginya. Menurut PVMBG, Selasa itu tercatat 6 kali erupsi. Hari itu Tim DVI Polda Sumbar berhasil mengidentifikasi 11 jenazah, yaitu Irfandi (Mahasiswa PNP, rombongan Irvanda), M Wilki (bekerja, rombongan Aditya Sukirno), Aditya Prasetyo (Mahasiswa PNP, rombongan Bima), Afranda (bekerja, rombongan Tita), Yasirli Amri (Mahasiswi PNP, rombongan Bima). Yasirli Amri/Cici awalnya masih hidup sesaat setelah erupsi dan sempat mengirimkan video kondisinya pasca erupsi melalui Ponsel kepada keluarganya. Dalam video terlihat tubuhnya yang penuh abu dengan kondisi yang lemah dan nafas terengah-engah. Namun saat ditemukan tim penyelamat, Cici sudah dalam keadaan meninggal. Video kondisi Cici pasca erupsi juga viral di media sosial. Selanjutnya Divo (bekerja, alumni UBH, rombongan Tita), Filhan (Mahasiswa PNP, rombongan Bima), Wahlul (Mahasiswa PNP, rombongan Bima), Riski Rahmat (bekerja, rombongan Bima), Reyhani (Mahasiswi UNP, rombongan Bima) dan M Iqbal (Polisi, alumni UNP, rombongan Rexy). Dari Senin hingga Rabu dini hari, tim gabungan sudah berhasil mengevakuasi 22 jasad pendaki. 16 diantaranya sudah teridentifikasi tim DVI, sedangkan 1 pendaki masih hilang. 


Rabu, 6 Desember, tim DVI Polda Sumbar berhasil mengidentifikasi 6 jenazah lagi, yaitu Lenggo (Mahasiswi UBH, rombongan Bima), Zikri (Mahasiswa PNP, rombongan Irvanda), Novita Intan (Ibu dari Wahlul Mahasiswa PNP, rombongan Bima), Liarni (Mahasiswi UNP, rombongan Rexy), Ilham Nanda (Mahasiswa UIR, rombongan Aditya Sukirno) dan Frengki (eks-Mahasiswa UNP yg akan wisuda, rombongan Rexy). Jadi, dari Senin hingga Rabu siang, sudah teridentifikasi 22 jenazah. Masih ada 1 pendaki lagi yang masih belum ditemukan, yaitu atas nama Siska Afrina (eks-Mahasiswi UNP yg akan wisuda, rombongan Rexy). Tim gabungan masih terus berjibaku melakukan pencarian 1 korban ini di saat gunung yang terus menerus erupsi. Akhirnya, pencarian membuahkan hasil, sorenya berhasil ditemukan 1 pendaki perempuan dalam kondisi meninggal dunia. Jasadnya ditemukan dalam kondisi tertimbun abu vulkanik di dekat Tugu Abel Tasman. Setelah dievakuasi tim gabungan, tim DVI berhasil mengidentifikasi jasad ke 23 ini. Tak salah lagi, ia adalah Siska Afrina. PVMBG mencatat, Rabu itu terjadi 7 kali erupsi. Dengan ditemukannya jasad Siska Afrina, maka 75 pendaki Marapi yang terdaftar, sudah turun atau dievakuasi secara keseluruhan. Rinciannya, 52 orang selamat dan 23 orang meninggal. Dari 52 orang yang selamat, 40 pulang ke rumah sedangkan 12 luka dan cedera dibawa ke Rumah Sakit. Rabu malam, 6 Desember 2023, operasi SAR resmi dihentikan. Setelah dua pekan pasca erupsi, Minggu 17 Desember 2023, Ife, korban selamat yang dirawat di Rumah Sakit akhirnya meninggal dunia. Dengan meninggalnya Ife, korban meninggal akibat erupsi Marapi bertambah menjadi 24 orang dan yang selamat menjadi 51 orang.


75 pendaki Marapi yang terdaftar hingga Minggu 03 Desember 2023


Via Koto Baru

1. Didik Salahudin

2. Happy Nurafni

3. Irwan

4. Syaiful Anwar

5. Lili

6. Ahmad Albar

7. Rahmat Agus Arianto

8. Candra Sihaloho

9. Lidia Fatmasari

10. Edho Rustamsyah

11. Deswita

12. Kasih

13. Zulfadli Alzukri

14. Michael Ahmad Zofthi

15. Hendra

16. Brima Danu

17. Ikhwanudin

18. Firnando Situmorang

19. Muhammad Suyudi

20. Shadam Romaigo

21. Adiptiawarman


Via Batu Palano

1. Muhammad Iqbal

2. Jeni

3. Toni Alifian

4. Al Fajri

5. Selastri Anggini

6. Nur Rizki


7. Elika Maharani

8. Dewi Anggraini

9. Sri Wahyuni

10. Benget Hasiholan Mare Mare

11. Nolianus Hogejau

12. Lolita Veronica

13. Nabila Habibba Rabbi

14. Diyah Surya Purnama Sari

15. Noor Annisa Alsyarina Putri Lubis

16. Naomi Johanna Simanjuntak (RSAM)


17. Muhammad Afif

18. Lingga Duta Andrefa

19. Muhammad Faith Ewaldo


20. Muhammad Iqbal (MD)

21. Siska Afrina (MD)

22. Liarni (MD)

23. Rexy Wendesta (RSUD PP)

24. Frengki Candra Kusuma (MD)


25. Ahmad Firman (RSAM-RSUPMDJ)

26. Irvanda Mulya

27. Muhammad Alpikri (MD)

28. Muhammad Fadli (RSUD PP)

29. Irfandi Putra (MD)

30. Zikri Habibi (MD)

31. Rofid Al Hakim (RSUD PP)

32. Muhammad Teguh Amanda (MD)


33. Wahlul Alde Putra (MD)

34. Novita Intan Sari (MD)

35. Riski Rahmat Hidayat (MD)

36. Lenggo Baren (MD)

37. Reyhani Zahra Fadli (MD)

38. Filhan Alfiqh Faizin (MD)

39. Bima Pratama Nasra (RSUD PP)

40. Zhafirah Zahrim Febrina  (RSAM-RSUPMDJ) (MD)

41. Aditya Prasetyo (MD)

42. Yasirli Amri (MD)


43. Divo Suhandra (MD)

44. Tita Cahyani (RSUD PP)

45. Nurva Afitri (MD)

46. Widya Azhamul Fadhilah Zain (RSUD PP)

47. Afranda Junaidi (MD)


48. Nazatra Adzin Mufadhal (MD)

49. Muhammad Wilky Saputra (MD)

50. Muhammad Rido Kurniawan (RSAM)

51. Ilham Nanda Bintang (MD)

52. Muhammad Adan (MD)

53. Aditya Sukirno Putra (RSAM)

54. Muhammad Arbi Muharman (RSAM)


RSAM : Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi

RSUD PP : Rumah Sakit Umum Daerah Padangpanjang

RSUPMDJ : Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M Djamil Padang

MD : Meninggal Dunia


Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar