مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.
(Al-Ḥadīd [57]:22)
Minggu, 03 Desember 2023, terdaftar 75 orang yang terdiri dari beberapa kelompok, melakukan pendakian di gunung Marapi Sumatra Barat. Gunung api aktif yang berketinggian 2891 mdpl ini memiliki beberapa jalur pendakian, diantaranya dari nagari Koto Baru, nagari Aia Angek, nagari Pariangan, ketiganya dalam wilayah kabupaten Tanah Datar dan nagari Batu Palano, kabupaten Agam. 21 orang terdaftar, naik dari Koto Baru dan 54 orang terdaftar, naik dari Batu Palano. Tidak ada laporan pendaki yang naik dari jalur yang lain.
Pukul 14:53 WIB terjadi erupsi secara mendadak, tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Kawah gunung tiba-tiba menyemburkan Material Vulkanik yang terdiri dari batu-batu dan awan panas disertai abu. 75 orang yang mendaki saat itu, sebagiannya sudah turun atau dalam perjalanan turun. Malangnya, ada sebagian yang masih berada di puncak dan sebagian lain baru menuruni Cadas (kawasan tandus berbatu antara puncak dengan kawasan berhutan dibawahnya).
21 orang yang naik dari Koto Baru dilaporkan sudah dalam perjalanan turun. 54 orang yang naik dari Batu Palano, baru 2 orang yang sudah turun dan sampai di bawah. Yaitu rombongan M Iqbal dan Nur Rizki dari Riau, yg saat kejadian, sudah sampai di kawasan perkebunan warga. Yang lain, ada yang masih dalam perjalanan turun. Salah satunya adalah kelompok yg beranggotakan 10 orang dari Mapala Batara Fakultas Hukum Universitas Riau (Rombongan Benget Hasiholan dan Sri Wahyuni). Mereka mulai turun sekitar pukul 14:00 WIB (1 jam kurang sebelum erupsi) dan saat di perjalanan, mereka terpisah-pisah dalam beberapa kelompok. Di perjalanan, mereka berpapasan dengan 1 kelompok pendaki yang dalam perjalanan naik, yaitu rombongan M Afif yg beranggota 3 orang, juga dari Riau. Saat rombongan Benget Hasiholan dan Sri Wahyuni hampir 1 jam di perjalanan turun, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga. Kemudian mereka melihat batu-batu berjatuhan dari atas, sebagian batu-batu itu menimpa pepohonan disekitar mereka yang menyebabkan dahan-dahannya patah. Seketika, suasana berubah mencekam dan menimbulkan kepanikan, mereka segera mempercepat langkah, ada yang berlari dan sesekali berlindung di balik pohon besar untuk menghindari hujan batu. Ada yg sempat terkena batu dan ada yang keseleo, beruntung tidak mengalami cedera serius. Setelah hujan batu reda dan perjalanan sampai di Paninjauan, anggota kelompok mereka yg awalnya terpisah-pisah dalam perjalanan, berhasil menyusul. Mereka disusul pula oleh 4 org dari kelompok pendaki lain, yaitu rombongan M Iqbal dan Nur Rizki yg turun belakangan. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di bawah dengan selamat. Rombongan M Afif yang tengah mendaki, saat kejadian sudah hampir mencapai Pintu Angin (Pintu Angin sekitar setengah Kilometer sebelum Cadas). Perjalanan mereka kemudian terhenti karena mendengar suara gemuruh dan juga terasa getaran. Tak lama, mereka melihat batu-batu berjatuhan dari atas, ukurannya juga besar-besar. Seketika mereka berbalik arah dan berlari turun menyelamatkan diri. Kemudian mereka menemukan suatu lorong yang terlindung oleh pohon-pohon tumbang dan berlindung di sana dari hujan batu. Beruntung tidak ada yg cedera, setelah hujan batu reda, mereka melanjutkan perjalanan turun dan sampai dibawah dengan selamat.
Hingga malam setelah erupsi sore itu, seluruh pendaki yang naik dari Koto Baru yang berjumlah 21 orang, berhasil turun dan sampai di bawah dengan selamat. Sedangkan 54 pendaki yang naik dari Batu Palano, baru 3 kelompok yang berhasil turun dan sampai dibawah dengan selamat. Yaitu Rombongan M Iqbal dan Nur Rizki yg beranggota 6 orang, rombongan Benget Hasiholan dan Sri Wahyuni yg beranggota 10 orang dan rombongan M Afif yg beranggota 3 orang. Jadi, ada 19 orang dalam 3 kelompok tersebut. Anggota rombongan Benget Hasiholan dan Sri Wahyuni yg sempat terkena batu erupsi, beruntung hanya mengalami cedera ringan dan Naomi Simanjuntak yang keseleo, dibawa ke Rumah Sakit. Sebelum erupsi Minggu sore, paginya M Iqbal sempat mengabadikan situasi di puncak, termasuk sekitar kawah, dalam bentuk video. Jadi, hingga malam setelah erupsi sore itu, dari 75 pendaki, seluruh pendaki yang naik dari Koto Baru yang berjumlah 21 orang sudah sampai di bawah dengan selamat. 54 pendaki yang naik dari Batu Palano, baru 19 orang yang sampai dibawah dengan selamat, sedangkan 35 orang lagi masih belum turun.
Ada 5 kelompok pendaki yang naik dari Batu Palano yang masih berada di puncak dan Cadas saat erupsi terjadi. Yaitu rombongan Irvanda (mahasiswa Politeknik Negeri Padang/PNP) yang beranggotakan 8 orang (semuanya mahasiswa PNP). Kemudian rombongan Bima (mahasiswa PNP) yang beranggotakan 10 orang (6 mahasiswa/i PNP, 1 Ibu dari mahasiswa PNP, 1 mahasiswi Universitas Negeri Padang/UNP, 1 mahasiswi Universitas Bung Hatta/UBH dan 1 org sudah bekerja). Rombongan Irvanda dan rombongan Bima yang berjumlah 18 orang ini sebenarnya satu rombongan, namun mereka mendaftar dalam dua kelompok. Lalu rombongan Tita yg beranggotakan 5 orang dari kabupaten Padang Pariaman. Lalu rombongan Aditya Sukirno (mahasiswa Universitas Islam Riau/UIR) yang beranggotakan 7 org (4 mahasiswa UIR, 1 mahasiswa Universitas Riau/UNRI dan 2 sudah bekerja) dari Riau. Kemudian rombongan Rexy (Polisi) yang beranggotakan 5 orang (2 Polisi, 2 eks-mahasiswa/i UNP yang akan wisuda dan 1 mahasiswi UNP). Jadi, 35 orang yang belum turun hingga malam setelah erupsi sore itu berada dalam 5 kelompok ini.
Berdasarkan cerita Irvanda, sesaat setelah erupsi, hanya ia dan Bima yang berada di lokasi yg berdekatan (di Cadas) setelah terpisah dari teman-temannya. Ia dan Bima berusaha untuk melanjutkan perjalanan turun saat itu juga, sedangkan teman-temannya yang lain sudah tak terlihat lagi dan situasi juga hening tak ada suara. Dalam perjalanan turun, akhirnya M Fadli datang menyusul, tak lama, disusul pula oleh Rofid. Mereka berempat adalah mahasiswa PNP yg berasal dari 2 kelompok yg beranggotakan 18 orang. Setelah itu, Aditya Sukirno pun menyusul. Aditya Sukirno adalah salah satu yang selamat dari kelompoknya yang beranggotakan 7 orang. Sebelumnya, ia turun dengan dua temannya yang selamat sesaat setelah erupsi, yaitu M Ridho (bekerja) dan M Arbi (mahasiswa UNRI). Dalam perjalanan turun, ia disuruh M Ridho untuk turun lebih dulu mencari bantuan, karena ia yg masih sanggup berjalan yang kemudian bertemu dengan rombongan Irvanda. M Ridho dan M Arbi akhirnya menunggu di pondok yg ditemui di sekitar Cadas, karena tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan. Setelah Irvanda disusul oleh Aditya Sukirno, datang pula Widya dan Tita, lalu bergabung dalam rombongan Irvanda. Hanya Widya dan Tita yang sanggup melanjutkan perjalanan turun dari kelompoknya yg beranggotakan 5 org, sesaat setelah erupsi. Setelah itu, datang pula Rexy dan bergabung dalam rombongan mereka. Rexy naik bersama kelompoknya yang beranggotakan 5 orang, dan hanya ia yang sanggup melanjutkan perjalanan turun, sesaat setelah erupsi. Dari 8 orang yang selamat dan masih sanggup melanjutkan perjalanan turun ini, Bima, M Fadli, Rofid, Aditya Sukirno, Widya, Tita dan Rexy mengalami luka bakar dan ada yang patah tulang. Irvanda satu-satunya yang tidak mengalami luka atau cedera yg serius, sehingga ia yang aktif menjadi penolong dan penyemangat 7 org yg luka-luka ini untuk tetap terus melanjutkan perjalanan. Irvanda terus menuntun, membantu dan memberi semangat rombongan yg selamat ini. Saat itu, M Fadli sudah hampir menyerah dan mengatakan tak sanggup lagi untuk melanjutkan perjalanan disebabkan luka-luka yang diderita, namun Irvanda terus menyemangatinya untuk tetap terus berjalan. Irvanda juga berusaha menenangkan pendaki perempuan yg masih syok pasca kejadian. Irvanda menuntun mereka sampai di titik penjemputan oleh tim penyelamat. Sebelumnya mereka sudah berkomunikasi dengan tim penyelamat dan menetapkan titik penjemputan. Akhirnya tim penyelamat menemukan dan mengevakuasi Irvanda dan 7 orang yang selamat bersamanya hingga sampai di bawah beberapa jam menjelang Subuh. Yang luka-luka dan cedera langsung dibawa ke Rumah Sakit. Jadi, dari 35 orang yang berada di puncak dan cadas saat terjadi erupsi, hanya 8 orang selamat yang sanggup melakukan perjalanan turun dan dievakuasi tim penyelamat, sedangkan sisanya terjebak di lokasi.
Ahmad Firman (mahasiswa PNP, rombongan Irvanda) terjebak di sekitar Cadas setelah erupsi Minggu sore itu. Ia ditemukan malamnya oleh tim penyelamat dari warga setempat. Yaitu rombongan Pak Naro Kancie, Emon Endah, Dori, Dino, Andika dan lain-lain yang bergerak cepat mencari korban yang kemungkinan bisa diselamatkan pasca erupsi. Ia ditemukan dalam kondisi penuh luka bakar di sebuah kemah. Ia kemudian diberikan pertolongan pertama. Ahmad Firman masih tertahan disana hingga dievakuasi tim gabungan besoknya (sampai di bawah, Senin sore) dengan cara ditandu. Begitu sampai di bawah, ia langsung dibawa ke Rumah Sakit. M Ridho (bekerja, rombongan Aditya Sukirno) dan M Arbi (mahasiswa UNRI, rombongan Aditya Sukirno) juga terjebak di sekitar Cadas dan ditemukan oleh rombongan Pak Naro Kancie dan Andika setelah ditemukannya Ahmad Firman. Mereka ditemukan dalam kondisi luka bakar dan cedera di beberapa bagian tubuh. Mereka ditemukan dalam pondok bekas warung milik Pak Naro Kancie. Mereka pun segera diberikan pertolongan pertama. Sama seperti Ahmad Firman, mereka juga tertahan disana malam itu hingga dievakuasi oleh tim gabungan esoknya (sampai di bawah, Senin malam) dengan cara ditandu. Sampai dibawah, keduanya langsung dibawa ke Rumah Sakit. Zhafirah/Ife (mahasiswi PNP, rombongan Bima) juga ditemukan oleh rombongan Pak Naro Kancie dan Andika setelah ditemukannya Ahmad Firman, M Ridho dan M Arbi. Tak seperti 3 korban sebelumnya yang menemukan tempat berlindung, Ife ditemukan terjebak di area terbuka dan posisinya berada di pinggiran tebing Cadas yang curam. Setelah diberikan pertolongan pertama, Ife lalu dievakuasi oleh rombongan Pak Naro Kancie (Pak Naro Kancie, Andika, Emon Endah dan Dino) dengan cara digendong di punggung. Ife dibawa secara bergantian hingga bertemu tim penyelamat lainnya. Lalu evakuasi Ife dilanjutkan oleh tim penyelamat lain (anggota TNI dan warga setempat) dengan cara yang sama. Yaitu digendong di punggung oleh seorg anggota TNI yang bernama Muhammad Arifin hingga sampai di bawah menjelang Subuh. Sebelum dievakuasi, Ife sempat mengirimkan video kondisinya pasca erupsi kepada keluarganya melalui Ponsel pendaki lain (ponsel M Adan, rombongan Aditya Sukirno). Jadi, sesaat setelah erupsi, Ife dan M Adan berada di lokasi yang berdekatan setelah terpisah dari teman-temannya karena erupsi. Di video terlihat Ife dengan tubuh penuh abu dan kondisi yang lemah. Videonya viral di media sosial. Setelah itu, Ife masih sempat mengajak M Adan untuk melanjutkan perjalanan turun bagaimanapun caranya, walaupun kondisi Ife sendiri sudah penuh luka bakar dan kepala berdarah. Karena kondisi M Adan yang lebih parah dan tidak memungkinkan untuk beranjak dari posisinya, akhirnya mereka terpisah dan malamnya Ife ditemukan tim penyelamat dan dievakuasi. Jadi, dari rombongan Irvanda dan rombongan Bima, hanya 6 yang selamat dan dievakuasi, yaitu Irvanda, Bima, M Fadli, Rofid, Zhafirah dan Ahmad Firman. Dari rombongan Tita, hanya 2 yang selamat dan dievakuasi, yaitu Tita dan Widya. Dari rombongan Aditya Sukirno hanya 3 yang selamat dan dievakuasi, yaitu Aditya Sukirno, M Ridho dan M Arbi. Dan dari rombongan Rexy, hanya ia satu-satunya yang selamat dan dievakuasi. Dari 35 orang yang berada di puncak dan Cadas saat erupsi terjadi, hanya 12 orang yg selamat dan dievakuasi. 23 org meninggal dunia, baik itu yang meninggal ketika erupsi terjadi, maupun yang masih hidup setelah erupsi, namun tak sempat tertolong.
Operasi pencarian dan penyelamatan (search and rescue/SAR) dilakukan oleh tim gabungan yang dikomandoi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dibantu berbagai instansi lainnya dan relawan. Pasca erupsi Minggu sore, warga setempat (anak nagari Batu Palano) juga sudah bergerak sebagai relawan, mendaki gunung mencari korban yang kemungkinan masih bisa diselamatkan. Apalagi dengan beredarnya dua video pendaki perempuan (video Ife dan Cici) yang meminta tolong pasca terjadinya erupsi. Warga yang sedang dalam perjalanan naik malam itu, berpapasan dengan tim penyelamat yang sedang mengevakuasi beberapa pendaki yang selamat (pendaki yang selamat bersama Irvanda). Mereka juga diberi tahu tim penyelamat bahwa masih banyak korban yang terjebak di atas. Kemudian rombongan masyarakat setempat sampai di Cadas malam itu juga, yaitu rombongan Pak Naro Kancie, Emon Endah, Dori, Dino, Andika dan lain-lain. Di sana, mereka menemukan 4 pendaki selamat yang terjebak karena sudah tidak sanggup melanjutkan perjalanan turun. Semuanya dalam kondisi luka-luka, yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan yang videonya viral (Ife). Awalnya rombongan Pak Naro Kancie dan tim penyelamat lain mendengar suara laki-laki minta tolong dari dalam kemah, lalu mereka menemukan 1 korban selamat dengan sekujur tubuh penuh luka bakar (Ahmad Firman). Setelah memberikan pertolongan pertama terhadap korban, terdengar lagi suara laki-laki minta tolong dari arah pondok, yang merupakan bekas warung milik Pak Naro Kancie. Lalu ditemukan 2 korban selamat lagi, keduanya dalam kondisi yang juga penuh luka bakar dan cedera di beberapa bagian tubuh (M Ridho dan M Arbi). Setelah memberikan pertolongan pertama terhadap keduanya dan sudah ada yang menunggui korban, mereka kemudian meneruskan pencarian. Kemudian terdengar suara minta tolong lagi, kali ini suara perempuan dari arah pinggiran tebing Cadas yang curam. Saat dicari, tak ditemukan orangnya, namun ada suaranya dan ia mengatakan melihat cahaya Senter dari rombongan Pak Naro Kancie. Setelah disuruh untuk menggerakkan anggota badannya, korban lalu menggerakkan kakinya. Akhirnya pendaki perempuan itu ditemukan, dan ternyata adalah Ife yang video minta tolongnya viral. Ife sempat ditanya, bagaimana ia bisa berada di situ, yang arah di atas adalah tebing Cadas yang curam sedangkan arah ke bawah jurang, Ife menjawab jika ia sampai disana dengan cara merosot dari atas. Setelah diberikan pertolongan pertama, Ife kemudian dievakuasi malam itu juga dengan digendong di punggung oleh rombongan Pak Naro Kancie secara bergantian. Saat itu Ahmad Firman, M Ridho dan M Arbi belum bisa dievakuasi disebabkan kondisinya yang tidak memungkinkan untuk digendong spt evakuasi Ife.
Esoknya, Senin, 4 Desember, tim gabungan menemukan 11 pendaki di sekitar Cadas dalam kondisi meninggal dunia. Tim gabungan berhasil mengevakuasi 3 diantaranya. Kemudian, ada rombongan warga setempat yang awalnya menyalurkan makanan untuk tim gabungan, berinisiatif untuk ikut membantu evakuasi. Yaitu rombongan Mak Jo (Edi Sutan Marajo) dan belasan warga lainnya termasuk di dalamnya anggota PMI, yang mulai naik sekitar pukul 13:00 WIB. Mereka sampai di Cadas, sorenya, sekitar pukul 16:15 WIB dan menemukan beberapa jasad pendaki. Rombongan Mak Jo bisa memangkas waktu perjalanan menjadi lebih singkat karena melewati jalur yang hanya diketahui oleh warga setempat dengan komunitas Trail Adventurenya. Awalnya mereka hendak memasukkan satu per satu jasad yang ditemukan ke dalam kantong jenazah, lalu dikumpulkan di satu titik, untuk memudahkan evakuasi. Karena di lokasi hanya ada 2 kantong jenazah, akhirnya mereka turun dengan membawa 2 jenazah. Saat itu, gunung masih terus erupsi. Sebelum turun, mereka sempat memberi tanda pada titik-titik lokasi jasad yang belum dievakuasi. Ini untuk memudahkan tim gabungan yang akan mengevakuasi jasad korban selanjutnya. Hingga Senin malam, tim gabungan berhasil mengevakuasi 5 jasad pendaki dari 11 jasad yang ditemukan hari itu. Tim gabungan juga mengevakuasi 3 korban selamat yang sempat terjebak di sekitar Cadas pasca erupsi Minggu sore dengan cara ditandu, yaitu Ahmad Firman, sorenya sampai di bawah dan M Ridho dengan M Arbi, malamnya sampai di bawah. Hingga Senin malam, dari 75 pendaki yang terdaftar, 57 orang sudah turun atau dievakuasi. Dari 57 yang sudah turun, 52 selamat (40 pulang ke Rumah, 12 dibawa ke Rumah Sakit) dan 5 meninggal dunia. 6 jasad pendaki lainnya masih belum dievakuasi dan akan dievakuasi besoknya. Sedangkan 12 pendaki lain masih belum diketahui nasibnya. Menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) pos pengamatan gunung Marapi Bukittinggi, Senin itu tercatat 10 kali erupsi. Hari itu tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Sumbar berhasil mengidentifikasi 5 jenazah, yaitu M Adan (mahasiswa UIR, rombongan Aditya Sukirno). Awalnya M Adan masih hidup dan sempat mengabarkan kondisinya melalui Ponsel sesaat setelah erupsi pada org tuanya. Namun karena luka yg dideritanya, M Adan tidak bisa bertahan dan ditemukan tim penyelamat dalam keadaan meninggal. Lalu M Teguh (mahasiswa PNP, rombongan Irvanda), Nazatra (mahasiswa UIR, rombongan Aditya Sukirno), M Alpikri (mahasiswa PNP, rombongan Irvanda) dan Nurva (bekerja, alumni UNP, rombongan Tita). Tim gabungan mengevakuasi jasad korban secara estafet, yaitu tim di atas disambut oleh tim di bawah hingga ke Ambulance. Seterusnya, jasad korban dibawa ke RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi untuk diidentifikasi tim DVI.
Esoknya, Selasa, 5 Desember, sekitar 200 orang dari tim gabungan melanjutkan operasi SAR untuk mengevakuasi 6 jasad pendaki yang ditemukan kemarin yang masih berada di Cadas dan pencarian terhadap 12 pendaki lain yang belum diketahui nasibnya. Dari 200 orang tim gabungan, terdapat puluhan Laki-laki dari warga setempat yang ikut membantu evakuasi, sedangkan kaum Ibu menyiapkan bekal untuk mereka. Disamping itu, Polda Sumbar juga telah membuka Dapur Umum di lokasi evakuasi untuk menyuplai kebutuhan makanan tim gabungan. Karena gunung yang terus erupsi, tim gabungan masih tertahan di sekitar Cadas, belum bisa melanjutkan pencarian hingga ke puncak karena pertimbangan keselamatan. Saat itu, ada beberapa orang warga setempat yaitu Andika, Tommy, Basa dan Rizal yg mencoba naik ke puncak secara diam-diam. Sampai di puncak, mereka mencari korban dalam situasi jarak pandang yang singkat dan gunung yang masih erupsi (kawah terus mengeluarkan asap/awan panas dan abu). Mereka terus menyisiri kawasan puncak, dari Tugu Abel, Lapangan Bola (kawasan datar di puncak yang mirip lapangan bola) hingga Puncak Merpati. Sesekali mereka berlindung di balik batu besar saat erupsi, setelah situasi dirasa memungkinkan, mereka kemudian melanjutkan pencarian. Saat pencarian di Puncak Merpati, Tommy menemukan 1 jasad pendaki perempuan. Karena tidak membawa perlengkapan evakuasi, Tommy bersedia untuk membawa jasad pendaki tersebut dengan cara digendong di punggung. Lalu jasad korban diangkat oleh Andika dan diletakkan di punggung Tommy untuk dievakuasi. Setelah jasad korban berada di punggung Tommy, Rizal yang berada di lokasi lain berteriak karena menemukan jasad pendaki lain (laki-laki). Tommy kemudian membawa jasad korban dengan digendong di punggung menuju Tugu Abel Tasman sendirian, sedangkan Andika dan Basa segera menuju lokasi Rizal berada. Saat itu, Vino dan Ganda (masih teman-teman Andika) telah sampai pula di puncak dan menyusul ke lokasi Rizal. Andika lalu meletakkan jasad korban di atas kain sarungnya yang sudah dibentangkan, kemudian Andika, Rizal, Vino dan Ganda memegang masing-masing ujung sarung. Karena sarung yang kecil, tak seluruh tubuh korban bisa tertampung sehingga bagian kaki korban tetap menjuntai saat tubuh korban diangkat. Lalu bagian kaki korban dipegang oleh Basa dan mereka berlima segera membawa jasad itu menuju Tugu Abel Tasman, menyusul Tommy yang sudah lebih dulu sampai. Puncak Merpati adalah salah satu titik tertinggi gunung Marapi yang lokasinya berada di pinggir kawah, sedangkan Tugu Abel Tasman berada di puncak yg biasa dijadikan sbg titik penanda antara puncak menuju turunan Cadas. Jarak dari Tugu Abel Tasman ke Puncak Merpati sekitar 1 km dan jarak dari Tugu Merpati ke Taman Edelweiss sama, sekitar 1 km. Taman Edelweiss tidak tersentuh dalam area pencarian oleh tim gabungan karena akses kesana tepat melewati pinggiran kawah yang erupsi. Andika, Tommy dan rekan-rekannya tidak membawa perlengkapan evakuasi dikarenakan mereka naik ke puncak secara diam-diam. Sebelumnya, mereka sempat dilarang oleh tim gabungan di Cadas agar tidak mendekati puncak disebabkan situasi di puncak yang sangat berbahaya. Akhirnya, dua jasad yg mereka temukan, berhasil dievakuasi oleh tim gabungan dari Cadas ke bawah serta jasad-jasad pendaki lainnya yang ditemukan hari itu. Hingga Selasa malam, dari 12 pendaki yang hilang, 11 pendaki berhasil ditemukan tim gabungan dalam kondisi meninggal dunia. Jasadnya ditemukan di sekitar Cadas dan di puncak. Sedangkan 1 pendaki lagi masih belum ditemukan. Pencarian pun dilanjutkan besok paginya. Menurut PVMBG, Selasa itu tercatat 6 kali erupsi. Hari itu Tim DVI Polda Sumbar berhasil mengidentifikasi 11 jenazah, yaitu Irfandi (mahasiswa PNP, rombongan Irvanda), M Wilki (bekerja, rombongan Aditya Sukirno), Aditya Prasetyo (mahasiswa PNP, rombongan Bima), Afranda (bekerja, rombongan Tita), Yasirli Amri (mahasiswa PNP, rombongan Bima). Yasirli Amri/Cici awalnya masih hidup sesaat setelah erupsi dan sempat mengirimkan video kondisinya pasca erupsi melalui Ponsel kepada keluarganya. Dalam video terlihat tubuhnya yang penuh abu dengan kondisi yang sudah lemah serta nafas yang terengah-engah. Namun saat ditemukan tim penyelamat, Cici sudah dalam keadaan meninggal. Video kondisi Cici pasca erupsi juga viral di media sosial. Selanjutnya Divo (bekerja, alumni UBH, rombongan Tita), Filhan (mahasiswa PNP, rombongan Bima), Wahlul (mahasiswa PNP, rombongan Bima), Riski Rahmat (bekerja, rombongan Bima), Reyhani (mahasiswi UNP, rombongan Bima) dan M Iqbal (Polisi, alumni UNP, rombongan Rexy). Dari Senin hingga Rabu dini hari, tim gabungan sudah berhasil mengevakuasi 22 jasad pendaki. 16 diantaranya sudah teridentifikasi tim DVI, sedangkan 1 pendaki masih hilang.
Rabu, 6 Desember, tim DVI Polda Sumbar berhasil mengidentifikasi 6 jenazah lagi, yaitu Lenggo (mahasiswi UBH, rombongan Bima), Zikri (mahasiswa PNP, rombongan Irvanda), Novita Intan (Ibu dari Wahlul mahasiswa PNP, rombongan Bima), Liarni (mahasiswi UNP, rombongan Rexy), Ilham Nanda (mahasiswa UIR, rombongan Aditya Sukirno) dan Frengki (eks-mahasiswa UNP yg akan wisuda, rombongan Rexy). Jadi, dari Senin hingga Rabu siang, sudah teridentifikasi 22 jenazah. Masih ada 1 pendaki lagi yang masih belum ditemukan, yaitu atas nama Siska Afrina (eks-mahasiswi UNP yg akan wisuda, rombongan Rexy). Tim gabungan masih terus berjibaku melakukan pencarian 1 korban ini di saat gunung yang terus menerus erupsi. Akhirnya, pencarian membuahkan hasil, sorenya berhasil ditemukan 1 pendaki perempuan dalam kondisi meninggal dunia. Jasadnya ditemukan dalam kondisi tertimbun abu vulkanik di dekat Tugu Abel Tasman. Setelah dievakuasi tim gabungan, tim DVI berhasil mengidentifikasi jasad ke 23 ini. Tak salah lagi, ia adalah Siska Afrina. PVMBG mencatat, Rabu itu terjadi 7 kali erupsi. Dengan ditemukannya jasad Siska Afrina, maka 75 pendaki Marapi yang terdaftar, sudah turun atau dievakuasi secara keseluruhan. Rinciannya, 52 orang selamat dan 23 orang meninggal. Dari 52 orang yang selamat, 40 pulang ke rumah sedangkan 12 luka dan cedera dibawa ke Rumah Sakit. Rabu malam, 6 Desember 2023, operasi SAR resmi dihentikan. Setelah dua pekan pasca erupsi, Minggu 17 Desember 2023, Ife, korban selamat yang dirawat di Rumah Sakit akhirnya meninggal dunia. Dengan meninggalnya Ife, korban meninggal akibat erupsi Marapi bertambah menjadi 24 orang dan yang selamat menjadi 51 orang.
75 pendaki Marapi yang terdaftar hingga Minggu 03 Desember 2023
Via Koto Baru
1. Didik Salahudin
2. Happy Nurafni
3. Irwan
4. Syaiful Anwar
5. Lili
6. Ahmad Albar
7. Rahmat Agus Arianto
8. Candra Sihaloho
9. Lidia Fatmasari
10. Edho Rustamsyah
11. Deswita
12. Kasih
13. Zulfadli Alzukri
14. Michael Ahmad Zofthi
15. Hendra
16. Brima Danu
17. Ikhwanudin
18. Firnando Situmorang
19. Muhammad Suyudi
20. Shadam Romaigo
21. Adiptiawarman
Via Batu Palano
1. Muhammad Iqbal
2. Jeni
3. Toni Alifian
4. Al Fajri
5. Selastri Anggini
6. Nur Rizki
7. Elika Maharani
8. Dewi Anggraini
9. Sri Wahyuni
10. Benget Hasiholan Mare Mare
11. Nolianus Hogejau
12. Lolita Veronica
13. Nabila Habibba Rabbi
14. Diyah Surya Purnama Sari
15. Noor Annisa Alsyarina Putri Lubis
16. Naomi Johanna Simanjuntak (RSAM)
17. Muhammad Afif
18. Lingga Duta Andrefa
19. Muhammad Faith Ewaldo
20. Muhammad Iqbal (MD)
21. Siska Afrina (MD)
22. Liarni (MD)
23. Rexy Wendesta (RSUD PP)
24. Frengki Candra Kusuma (MD)
25. Ahmad Firman (RSAM-RSUPMDJ)
26. Irvanda Mulya
27. Muhammad Alpikri (MD)
28. Muhammad Fadli (RSUD PP)
29. Irfandi Putra (MD)
30. Zikri Habibi (MD)
31. Rofid Al Hakim (RSUD PP)
32. Muhammad Teguh Amanda (MD)
33. Wahlul Alde Putra (MD)
34. Novita Intan Sari (MD)
35. Riski Rahmat Hidayat (MD)
36. Lenggo Baren (MD)
37. Reyhani Zahra Fadli (MD)
38. Filhan Alfiqh Faizin (MD)
39. Bima Pratama Nasra (RSUD PP)
40. Zhafirah Zahrim Febrina (RSAM-RSUPMDJ) (MD)
41. Aditya Prasetyo (MD)
42. Yasirli Amri (MD)
43. Divo Suhandra (MD)
44. Tita Cahyani (RSUD PP)
45. Nurva Afitri (MD)
46. Widya Azhamul Fadhilah Zain (RSUD PP)
47. Afranda Junaidi (MD)
48. Nazatra Adzin Mufadhal (MD)
49. Muhammad Wilky Saputra (MD)
50. Muhammad Rido Kurniawan (RSAM)
51. Ilham Nanda Bintang (MD)
52. Muhammad Adan (MD)
53. Aditya Sukirno Putra (RSAM)
54. Muhammad Arbi Muharman (RSAM)
RSAM : Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi
RSUD PP : Rumah Sakit Umum Daerah Padangpanjang
RSUPMDJ : Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M Djamil Padang
MD : Meninggal Dunia
Dari berbagai sumber.